Jumat, 07 Januari 2011

PSK marak di PLTU Sudimoro


Geliat pembangunan mega proyek PLTU Sudimoro, Pacitan, tidak
saja menjanjikan pasokan listrik 2×315 MW. Tetapi, juga mulai mengusik
sisi sosial sebagian masyarakat. Paling tidak, keberadaan wanita
pekerja seks komersial (PSK), dikhawatirkan berdampak negatif.
“Sebaiknya instansi terkait melakukan pengawasan terhadap indikasi
maraknya praktek esek-esek itu,” kata Wakil Ketua DPRD Pacitan,
Handoyo Aji, Minggu (18/10).
Diakuinya, di sekitar lokasi proyek, memang tidak ada tempat yang
secara terang-terangan menjadi ajang tempat maksiat itu. Terlebih,
kebanyakan PSK adalah berasal dari luar Kota. Ada sebagian didatangkan
dari Bandung (Jawa Barat), Surabaya dan ada juga yang dari Trenggalek.
Hanya, pada saat tertentu, jumlah PSK cukup banyak. Sehingga,
dikhawatirkan memepengaruhi strutur sosial masyarakat setempat. “Saya
mendapat banyak laporan dari masyarakat,” imbuh Handoyo.
Tidak itu saja, pengawasan dan penertiban juga untuk mengetahui
mobilisasi masyarakat di sekitar proyek yang sangat tinggi. Hal itu
tidak terlepas dari kegiatan proyek, yang melibatkan banyak
perusahaan-perusahaan (sub proyek) dan ribuan tenaga kerja. Sehingga,
jika terjadi masalah, akan mudah penyelesaiannya. “Semua itu untuk
kebaikan semuanya. Kelancaran proyek PLTU, masyarakat dan pemkab
setempat”.
Memang, secara ekonomi, terjadi peningkatan pendapatan masyarakat di
sekitar proyek. Misalnya, rumah-rumah penduduk yang dijadikan tempat
pondokan pekerja musiman, maraknya rumah makan maupun usaha jasa
lainnya.
Sementara, salah seorang warga Kecamatan Ngadirojo, Pacitan, mengaku
sering mencarikan wanita panggilan untuk tenaga kerja asing. Hanya,
mereka selalu minta yang berkelas. Sehingga, tidak jarang harus
mencarikan dari Surabaya atau Bandung, Jawa Barat. Tentu saja,
tarifnya pun realtif lumayan mahal. “Untuk kencan semalam berkisar Rp
500 ribu sampai Rp 750 ribu,” kata sumber yang wanti-wanti tidak
ditulis jatidirinya.
Dijelaskan, mencarikan wanita bagi pekerja asing di proyek PLTU
berawal ketika melayani carteran mobil. Saat itulah,salah seorang staf
mengatakan kalao bosnya minta dicarikan wanita. Dan tips mencarikan
wanita PSK pun cukup tinggi, yakni Rp 1 juta. “Itu termasuk biaya
transport jemput PSK,” imbuhnya.
Hanya, kegiatan mencarikan wanita tidak setiap hari. Rata-rata dua
minggu sekali. Begitu juga dengan jumlahnya bervariasi. Kadang hanya
minta 5 orang, kadang 8 orang PSK. Hanya, selera orang asing itu cukup
tinggi. Yakni, wajah dan body tubuh harus mantap. Tidak itu saja,
pemesan, juga lebih senang jika si wanita bisa berhasa Inggris.
Sebaliknya, jika asal-asalan, akan ditolak. “Selama ini, wanita yang
saya bawa selalu masuk kriteria”.
Tidak hanya orang asing, bos-bos pribumi juga tidak jarang yang butuh
kehangatan wanita. Tetapi, mengenai kriteria tidak terlalu rumit. Yang
terpenting, berkulit bersih, masih muda dan lumayan cantik. Untuk
memenuhinya, terkadang dicarikan dari Trenggalek atau pun ‘Bandungan’
(berasal dari Bandung-Jawa Barat). Sebab, mencari wanita ‘Bandungan’
banyak ditemukan di café-café di Solo atau pun Yogyakarta.

0 komentar:

Posting Komentar