Minggu, 20 Februari 2011

www.tulakan.com

Sekitar tiga minggu yang lalu, temanku bertanya, “Kok blognya tidak ada tulisan baru?”. “Sedang frustrasi, heh”, begitu jawabku. Loh, bukankah putus asa itu tidak boleh? Ah, boleh saja. Yang tidak boleh itu putus makan, seperti kata Upin dan Ipin di Episode 14.
Frustrasiku disebabkan oleh diriku sendiri. Kugantung harapan terlalu tinggi. Bersama mengubah dunia, begitu judulnya. Aku bermimpi, Indonesia tempat tinggalku, tanah airku menjadi sebuah tempat nyaman. Aku berangan-angan rakyat Indonesia adalah rakyat yang ramah, bergotong-royong seperti apa yang dicetak pada buku Pendidikan Moral Pancasila dulu.
Aku masih ingat apa yang dilukiskan dalam buku. Budi, yang baru bisa membaca, tinggal di desa aman tentram. Ia dikelilingi oleh keluarga, tetangga dan teman-teman yang saling membantu. Gotong-royong ada dalam darah mereka. Mendahulukan kepentingan orang lain adalah insting alamiah mereka.
Dua puluh tahun kemudian aku baru sadar bahwa apa yang terlukis itu hanyalah sebuah propaganda belaka. Propaganda baik yang dikemas dalam bentuk Pancasila. Mengapa aku sebut baik? Karena ia memang diperuntukkan untuk mengubah sesuatu yang tidak baik. Ah, Anda jangan mencela bangsa sendiri lah. Mungkin Anda akan berkata demikian. Bukankah Bangsa Indonesia adalah bangsa yang terkenal ramah di dunia? Ya, tapi itu menurut bangsa luar. Bangsa kita memang akan selalu sopan, ramah, manggut-manggut jika berhadapan, bila berinteraksi dengan bangsa luar, alias wong londo. Perilakunya akan berubah seratus delapan puluh derajat (lebih sedikit) ketika menghadapi bangsa sendiri. Mau bukti?
Coba Anda baca di koran, mau yang terbit pagi kek, siang ataupun sore, isinya sama. Celaan semua. Kejahatan malah sudah biasa. Rakyat biasa ataupun para intelek yang duduk di kursi terhormat pun sama. Semua hanya memikirkan kepentingan pribadinya saja. Musim kampanye sibuk mempromosikan diri tetapi begitu sudah dilantik, hadir di pleno pun tidak.
Coba Anda rasakan juga di jalan raya. Setiap pengendara, aku yakin pasti mengecek kondisi accu-nya setiap hari. Untuk apa? Supaya pasti klaksonnya akan bersuara keras. Klakson adalah alat vital bagi pengemudi kendaraan bermotor di Indonesia. Setiap detik seolah begitu berharga. Siapapun, apapun yang menghalangi mereka di jalan pasti akan dirongrong dengan suara klakson, tanpa kecuali. Tak heran jika ada berita yang mengatakan bahwa jalan raya dapat memicu penyakit jantung.
Ah, sudahlah. Begitu banyak harapan, mimpi, gambaran ideal perilaku bangsa yang hampir mustahil. Frustasi jelas tak terhindarkan. Sebal itu sudah pasti. Tidak ada yang bisa dilakukan kecuali satu. Mengubah perilaku. Mulai dari diri sendiri dan keluarga. Orang lain? Peduli amat.

0 komentar:

Posting Komentar